Pertemuan dan Perpisahan

Setiap ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Kadang pertemuan itu bukan kita yang merencanakan dan bahkan kita gak sadar kalo kita telah bertemu dengan orang itu karena lamanya kita udah saling kenal. Kadang kita juga gak sadar sudah seberapa jauh kita menaruh sebagian hati kita pada orang itu.

Terkadang, terlalu sadarnya aku betapa besar kadar kasih sayangku kepada orang tersebut, aku menjadi terlalu nyaman dan bersikap semaunya kepada orang tersebut. Berpikir bahwa apapun yang kulakukan, bahkan hal-hal yang tidak menyenangkan, rasa sayang itu akan tetap ada. Hal itu membuatku lupa, bahwa setiap orang memiliki perasaan. Bagaimana perasaan seseorangku ini saat aku membentak dan berusaha menjauhkannya dari hidupku saat dia dengan segala ketulusannya mencintaiku dan berusaha menyenangkanku?

Tapi caraku dan caranya berbeda.

Sampai pada saat harusnya berpisah. BAru aku menyadari seluruh sikapnya yang dimataku menyebalkan adalah usahanya yang paling maksimal untuk membahagiakanku. Apa yang bisa ku lakukan untuk menebus?

Perpisahan kali ini bagai tamparan.

Dia orang terdekatku. Dia orang yang selalu ada untukku. Dia orang yang selalu memujiku, seburuk apapun hasil yang kubuat. Dia yang selalu menyemangatiku di saat aku jatuh. Dia yang selalu menemaniku di saat semua orang menjauhiku. Dia yang selalu mengingat kebiasaan dan kegemeranku. Dia yang mencintaiku tulus dan apa adanya.

Aku orang yang selalu menjauhinya. Aku orang yang sering membentaknya karena kesulitannya. Aku yang selalu berpikir buruk tentang keberadaannya. Aku yang selalu merasa berat saat harus menjaganya. Aku yang kurang ajar.

Penyesalan selalu datang belakangan di saat semuanya sudah terlambat.

Sekian lama aku masih tertawa. Sekian lama aku masih bersenda gurau. Aku tak menyadari ada yang berbeda setelah perpisahan kali ini. Namun, di saat kewajiban menanti dijalankan dan rutinitas kembali seperti sedia kala. Aku pecah. Aku terhentak keras. Aku menyadari ada lubang yang sangat besar menganga, Lubang yang sampai sekarang tak bisa aku perbaiki, hanya tertutup selembar tipis bayang-bayang.

Mungkin kita telah bertemu pada titik yang indah, namun perpisahan kita tidak pada waktu yang tepat. Aku belum mengerti maksudmu, tapi kau tetap mengerti keinginanku.


***


Sedikit susunan kata-kata dan kalimat, didedikasikan kepada seorang nenek yang penuh cinta, Amah. :')

Comments

Popular posts from this blog

Am Not Ready

Aku bilang karma, Kamu bilang anugrah.. :)

Decisions, decisions.